Kamis, 08 November 2012

Igil's Novel's

DUA DUNIA ANDROMEDA

Part 1 :
~Pukul 05.30 pagi~
“Suster, tolong berikan makanan dan obat-obatan ini kepada pasien nomor 771, biasanya dia sudah bangun jam segini.” Ucap dokter yang sedang mengontrol persiapan obat dan makanan untuk para pasien. “Baik, dok.” Jawab suster yang kemudian segera melaksanakan perintah dokter tersebut.
Satu tahun dilalui pihak RSJ dalam menghadapi pasien no. 771 cukup sulit, karena setiap malam pasien tersebut berteriak, menangis keras dan meronta-ronta. Ya, pasien no. 771 tersebut bernama Andromeda. Meskipun pada catatan dokter, kondisinya terus membaik selama dirawat di rumah sakit itu, ia masih terlihat menderita dan sedih.
Kamar andro terletak di paling pojok lantai tiga, nomor ruangan I149. Rumah sakit ini mempunyai 5 lantai dengan dua lantai UG(Under ground/bawah tanah) dilengkapi ‘Lift’ di tiap lantainya. Lantai UG pertama terdapat kamar mayat sementara, pasien yang meninggal dunia ditempatkan disana sebelum diambil oleh keluarga pasien. Lantai UG kedua digunakan sebagai tempat supply obat-obatan, makanan, dan alat-alat yang diperlukan pihak rumah sakit.
Lantai satu digunakan sebagai Front Office, Ruang medis (ruang dokter dan ruang perawat), ruang tamu, dan km/wc. Lantai dua dan tiga dengan kode lantai I, terdapat ruang-ruang tidur pasien golongan gaduh gelisah yang mendapat penanganan Intensive care, km/wc pasien dan ruang makan. Pada lantai empat dan lima dengan kode lantai T, terdapat ruang-ruang pasien golongan tenang yang mendapat penanganan intermediate care, juga km/wc pasien dan ruang makan.
Rumah sakit ini pula mempunyai halaman depan dan halaman belakang tempat bermain para pasien,  namun dikelilingi pagar tembok yang cukup tinggi dan dijaga sehingga mencegah pasien melarikan diri.
Seharian andro hanya termenung di halaman belakang, tampak hanya menikmati suasana. Hingga jam makan malam pun tiba, andro bangkit dari tempat duduk dan dituntun oleh perawat menuju ruang makan.
~Pukul 21.00~
Malam itu, untuk pertama kalinya andro terlihat sangat tenang diantara pasien lain yang gaduh. Herlina, seorang suster yang dipanggil ‘ibu’ oleh andro, diminta untuk menemaninya ke halaman depan, melihat langit kesukaannya. Kemudian ia dibujuk kembali kekamarnya untuk tidur. Andro dan ‘ibu’ terlihat semakin akrab sehingga ia hanya menuruti kata-kata suster tersebut. Kondisi andro secara drastis membaik dan ia tidak pernah meronta lagi tiap malam.
Apakah andro akan kembali normal???

Part 2 :
Herlina(32tahun), seorang yang berkepribadian lembut dan ramah, ia selalu tersenyum manis dalam menjalani pekerjaannya sebagai perawat. Ia pun sangat sabar menghadapi pasien-pasien yang jahil dan yang meronta-ronta, karena ia sangat paham kondisi pasien dan sekarang sudah 10 tahun bekerja di RSJ ‘Lekas Sembuh’ ini.
Semenjak andro mempercayai dan mulai memanggilnya ‘ibu’,  ia merasa sangat tersentuh dan ingin menjaga andro layaknya anak sendiri. Ia pun memohon kepada kepala rumah sakit agar menjadikannya sebagai perawat khusus pasien bernama andro. Awalnya permohonan itu ditolak, namun karena melihat keakraban mereka yang sangat erat  membuat kepala rumah sakit menyetujui permohonan itu.
Memiliki anak, adalah impiannya semenjak ia menikah. Namun kondisi sang suami tak memungkinkan ia mewujudkan impian. Sang suami yang sakit-sakitan membuatnya membiayai kehidupan mereka. Hingga saat suaminya meninggal dunia, ia bertahan dan memilih untuk tinggal sendiri di rumah kecilnya.
~pukul 05.35 pagi~
“Andro, bangun nak, udah pagi nih. Ayo, sekarang mandi dan sarapan, nanti ibu yang suapin.” Ucapnya dengan lembut membangunkan andro. “iya ibu, tapi saya juga mau dimandikan sama ibu, nggak mau sama yang lain, galak..” ujar andro manja. Ia hanya tersenyum dan kemudian memandikan andro.
Setelah sarapan, andro dibiarkan bermain di taman halaman belakang. Ia sangat suka melihat kupu-kupu, meloncat-loncat dan tertawa bersama serangga yang mempunyai sayap indah itu, ia terlihat sangat gembira.
Andro mulai menunjukkan perkembangan baik tiap minggunya, ia pun dipindahkan ke ruangan pasien golongan tenang yang terdapat di lantai 4, kamarnya di T150. Kendati demikian, andro masih sering menangis sedih sendiri tanpa sebab.
Malam hari, tiba-tiba andro berteriak ketakutan. Suasana sepi terpecah sesaat dengan kepanikan suster dan kegaduhan pasien lain yang terganggu karena teriakannya. Ia melihat sesosok gadis berambut ikal yang mengintip di kamarnya. Gadis itu berkata...
“Apakah kita boleh berteman???” Sebuah kalimat singkat diucapkan gadis itu sebelum berlari entah kemana...

Part 3 :
Tak lama kemudian, para suster sudah berada di kamar andro, tak terkecuali suster herlina. Mereka berusaha menenangkan andro yang terus menangis ketakutan. “Nak, ini ibu.. lihat mata ibu nak, kamu tidak usah takut..” herlina duduk di tempat tidur andro sambil menenangkannya dengan segala cara yang ia bisa. Andro pun mulai tenang dan tertidur lelap. Para suster terlihat lega dan kembali mengerjakan tugas mereka masing-masing.
~pukul 01.00 dinihari~
Andro gelisah dan kepanasan sehingga terbangun dari mimpinya. Ia pun berjalan keluar kamarnya menuju taman belakang, kebetulan pintu akses kesana belum dikunci. Ia hanya termenung memikirkan sosok gadis tadi yang mengintipnya. Tiba-tiba gadis itu berdiri didepannya dan mengulurkan tangannya, ia agak terkejut.
“Namaku Ella, umurku 16 tahun. Nama kamu siapa?” ucap anak gadis ikal itu sambil tersenyum lebar, terlihat giginya banyak yang ompong. “Kata ‘ibu’, namaku andro, dan katanya aku berumur 22tahun.” Ia menjawab dengan rasa sedikit takut.
“Aku tinggal di kamar di samping kamarmu sebelum kamu dipindahin. Aku ingin kita jadi teman, boleh kan???” gadis itu menambahkan. “Mmmm, bo.. boleh...” ia pun mengulurkan tangannya dan merekapun berkenalan.
“Ayo kita main petak umpet, kamu yang jaga yah..” gadis itu memulai permainannya dengan andro yang sewaktu kecil tidak pernah menang bermain permainan ini. “1...6...3...1...7...10...!!! aku cari kamu sekarang..” seusai berhitung, ia lalu mencari ella disekitar taman, namun tak juga ia menemukan tanda-tanda keberadaan ella.
“Andro!!! Ngapain kamu disini tengah malam gini nak,, ayo kembali kekamar..” suster herlina yang sedari tadi mencarinya meraih tangannya dan membawanya kembali kekamar. “Tapi bu... teman andro... teman andro...” ucapnya merengek hingga sampai dikamarnya, ia pun menuruti saja kata suster dan kembali tidur.
Esok pagi, setelah mandi dan makan ia langsung menuju halaman belakang mencari temannya yang bermain dengannya malam itu. “Ella,,,kamu dimana...ayo kita main lagi...” ucapnya dengan nada agak keras sambil mencari kemana-mana. Ia lalu mendengar suara tangis dan teriakan sangat keras yang berasal dari lantai tiga. Itu suara ella...
Ia pun bergegas kesana melihat apa yang terjadi. Ketika ia sampai di kamar itu, ella berhenti menangis dan kemudian tersenyum lebar kepadanya. “Hehehe... tadi malam aku tertidur di bak sampah dan suster ini yang membawaku kesini..”
Andro hanya diam dan kemudian beranjak pergi lagi menuju halaman belakang. Ketika keluar dari pintu kamar, gadis itu berkata.. “Nanti kita main lagi yah.. kamu teman yang baik.. aku akan beritahu kamu sebuah tempat rahasia.. he...”

Part 4 :
~Pukul 00.00 tengah malam~
Andro terbangun lagi dari tidur lelapnya. Namun kali ini dibangunkan oleh ella. “Pssst... andro,, banguun... ayo kita main ke tempat rahasia.. cepetan...” bisik ella dari balik pintu. Ia akhirnya bangun dan mengikuti ella ke tempat ‘rahasia’.
Tempat itu sangat minim cahaya di malam hari, sumber cahaya hanya berasal dari tiga ventilasi ruangan itu. Hawa yang dingin sangat terasa menyengat karna terdapat banyak AC terpasang.
“Ini tempat rahasia kita.. ayo, kita main petak umpet disini..” ajak ella dengan nada merajuk. “Ah, jangan main itu lagi, aku tidak bisa... kita main yang lain aja..” katanya sambil menggigil karna kedinginan.
“Hmmmmmm... iya deh, bagaimana kalau kita main dansa pasangan.. nanti aku ajarin kamu caranya..” merekapun berdansa, dan andro terkagum melihat ella yang sangat mahir menari. Ia ingin mengikuti gerakan ella, tapi ia selalu terjatuh karna memang tidak tau caranya. Melihat andro yang terus terjatuh, ella tak bisa berhenti tertawa. Mereka akhirnya tertawa bersama, keakraban mereka semakin erat.
“Aku mulai suka padamu, kamu orang yang lucu dan baik. Ayo kita kembali kekamar masing-masing, sebelum kita ketahuan suster disini..” ujar ella sambil merangkul andro. Mereka berjalan diam-diam menuju kamar mereka, takut ketahuan. Pukul 01.30 andro sudah tidur terlelap lagi. Sementara di kamar ella, lampu kamar masih menyala dan ia hanya duduk di pojokan kamar dengan posisi kedua kaki ditekuk keatas dan kepala merunduk, ia terus tertawa lirih hingga tertidur.
Tiap tengah malam mereka bermain di tempat rahasia, namun pada hari minggu malam itu, andro pergi sendirian ke tempat itu karna kondisi ella sedang kritis. Penyakit schizophrenia yang dideritanya kambuh lagi sehingga ia perlu perawatan dan pengawasan ketat. Andro sekarang sudah bisa mengenali dan mengingat tempat, ia juga sudah lancar membaca.
~pukul 22.00~
Andro baru menyadari kalau tempat ‘rahasia’ yang selama ini ia kunjungi berada di lantai UG paling bawah, setelah ia berjalan mengikuti ingatannya melalui jalan yang ia lewati sebelumnya. Ia kemudian masuk ke ruangan dingin tersebut, menyalakan lampu dan melihat-lihat objek disekitaran ruangan.
Masih menyusuri ruangan, ia menemukan banyak laci besi berukuran cukup besar dan berjumlah banyak tersusun disana. Ia membuka satu persatu laci itu, dan ketika ia membuka laci ke-6, ia melihat tas kantung berwarna kuning. Penasaran, dibukalah risleting kantung itu dan betapa kagetnya ia ketika melihat jasad manusia yang sudah mati. Tanpa menutup laci dan mematikan lampu, ia berlari dengan wajah panik. Dan ia pun tersandung di tangga, kepalanya terbentur cukup keras dan ia pingsan. Tempat ‘rahasia’ andro dan ella ternyata adalah kamar mayat...

Part 5 :
~Hari kamis, 29 Desember 2013, Pukul 09.30 pagi~
“Andro,,, nak, kamu baik-baik saja kan? Ibu sangat mengkhawatirkanmu.. tadi malam ibu menemukanmu pingsan di tangga lantai tiga, kepalamu berdarah..  ibu langsung membawamu keruang rawat ini. Kamu ngerti ucapan ibu kan?” suster herlina terus mengajak andro berbicara, berharap ia tak apa-apa.
“Ibu??? Kamu siapa? Kamu bukan ibuku. Dimana aku??” tanya andro ketika mulai sadar dan  berbicara.
Deggg... Suster herlina kaget mendengar perkataan itu. Ia merasa sangat sedih dan menyadari kalau ia memang bukan sosok ibu bagi andro. Ia hanya mencoba tersenyum sekuat tenaga, tak ingin terlihat bersedih dihadapan andro.
“Kamu sedang berada di rumah sakit jiwa, kami yang merawatmu disini. Dan sekarang kelihatannya kamu sudah sembuh.. maaf ya tadi suster salah ngomong..” jawab suster herlina yang berusaha menahan rasa sedih.
“Sebelumnya aku mohon maaf, tidak ada maksud untuk menyakiti perasaan ibu suster.. tadi malam aku bermimpi seorang tua datang padaku dan seolah memberikan cahaya ke kepalaku. Dan ketika terbangun, aku merasa ingatanku kembali normal. Namaku andromeda, nama ibuku Shinta Nurwulan dan ayahku bernama Reza Fahrezy. Aku juga pernah mempunyai sahabat yang bernama pluto dan terakhir kali aku ingat, aku adalah mahasiswa jurusan antariksa di universitas Antah Berantah.”
Setelah mendengar penjelasan panjang lebar dari andro, para dokter dan tak terkecuali suster herlina memahami kondisi pasien sudah sembuh dan sudah bisa dikembalikan ke keluarganya. Pihak rumah sakit langsung menghubungi keluarga pasien, memberikan kabar gembira dan memberitahukan bahwa pasien sudah bisa dijemput pulang.
Beberapa jam kemudian, setelah berkeliling melihat-lihat, andro menuju kamarnya kembali. Ia mengemasi barang-barang yang dikirim orangtuanya sejak ia tinggal disini, dan sedikit obat-obatan dari dokter untuk jaga-jaga. Sedang asik mengemas, ia melihat seorang gadis yang menatapnya dari pintu kamar dan kemudian berlari entah kemana. Ternyata gadis itu meninggalkan secarik kertas untuk andro. Ia lalu mengambil kertas itu dan membaca tulisan... “Tengah malam nanti, temui aku di tempat ‘rahasia’ kita.”
Dan pada malam tahun baru, Andro menghilang...!!!

Part 6 :
~01 Januari 2014, pukul 01.01 dinihari~
“Syaa laa laaa... syalalaaa laa laa la la la laaa......” suara merdu terdengar oleh andro di sepanjang jalan lantai UG. Ia terus mencari-cari asal suara itu, sepertinya ia kenal. Ya, suara itu tak lain adalah suara ella, yang terus bersenandung sambil menari dengan indahnya di tempat yang sering ia kunjungi bersama andro.
Ella memang sangat berbakat dalam menari. Wajar, karena kedua orangtuanya adalah pasangan penari profesional yang terkenal hingga mancanegara. Ia suka bercanda gurau bersama mama dan papa nya, ia pun suka berdansa bertiga dengan mereka. Namun, itu hal yang sangat langka bagi ella, karena orangtuanya selalu sibuk di luar negeri untuk memenuhi profesionalitas mereka. Ella sangat rindu dan sayang kepada mereka, tapi yang ada ia selalu ditinggal sendiri di rumah bersama pembantu.
Sejak kecil ia sering menyendiri di sudut kamarnya. Kalaupun bermain, ia hanya bermain sendiri di hutan tak jauh dari belakang rumahnya. Ia sempat berfikir, bagaimana caranya agar ia bisa selalu bersama mama dan papa nya yang ia sayang. Berhari-hari ia menghilang dari rumah, sampai akhirnya sang pembantu menemukannya di tengah hutan, tergeletak di tanah dengan banyak luka gores dan kepalanya berdarah.
Ella pun segera dibawa ke dokter untuk diperiksa. Dan pembantu itu terkejut mendengar vonis dokter yang mengatakan bahwa Ella mengalami schizophrenia tingkat parah, namun setelah diberi kabar, kedua orangtuanya meminta ia agar dirawat dirumah saja.
Setelah 1 bulan dirawat dirumah, ella sangat senang ketika melihat mama dan papa nya kembali dari Italia. Ia lalu memeluk mereka dan tak mau melepaskan pelukannya, karna takut mereka akan pergi lagi. Namun memang benar, mereka datang hanya ingin melihat keadaan anaknya itu dan berencana berangkat ke Spanyol besok paginya.
Pagi itu... mama dan papa ella sengaja bangun pagi-pagi sekali agar bisa membuatkan sarapan omelet cinta kesukaan ella, dan kemudian mandi untuk bergegas berangkat. Setelah membuatkan sarapan, mereka berendam bersama di bak mandi air panas yang cukup besar.
 10 menit kemudian, mereka berteriak kesakitan di dalam kamar mandi. Ella mengaliri setrum tegangan tinggi yang berasal dari penghangat air melalui kabel yang tersembunyi didalam bak mandi. Mereka berdua tewas mengenaskan di dalam bak mandi dan listrik rumah seketika padam. Ella kemudian menaruh mereka ke tempat tidur, memakaikan baju dansa mama dan papa nya, memakai pakaian favoritnya dan memeluk mereka hingga tertidur pulas. Sejak kejadian tragis itu, ella segera ditempatkan di RSJ ‘Lekas Sembuh’, cukup jauh dari rumahnya. Dan kedua orangtua yang sangat mencintainya, telah disemayamkan berdampingan di belakang rumah mereka.
Di malam pergantian tahun, suasana sangat ramai penuh dengan petasan dan kembang api berwarna warni di sepanjang jalan kota bandung. Tak terkecuali di RSJ, para pasien tampak senang bermain kembang api didampingi para dokter dan suster yang juga ikut bersenang-senang.
Namun suster herlina dan suster desi tak ikut bersenang-senang. Mereka terus mencari andro dan ella yang menghilang semenjak lima menit sebelum tengah malam. Mereka mencari kemana-mana, sama sekali tak terfikirkan untuk mencari di kamar mayat.
Di tempat lain, andro sedang berjalan di lantai UG menuju tempat yang dijanjikan. Suasana sangat gelap, lebih gelap dari biasanya. Perasaan andro mulai tidak enak, merinding, rasanya tidak ingin kesana. Namum ia tetap memberanikan diri karena penasaran.

Part 7 (Final part) :
“Andro........ Ella...... kalian dimana........ keluarlah, jangan buat kami khawatir...” suster desi terus memanggil, sementara suster herlina menangis karena terlalu khawatir dengan ‘anak sementara’ nya.
Andro bersembunyi didalam peti kayu, tempat pembuangan sisa alat-alat medis. “Maafkan andro, suster... nanti aku akan menjelaskan semuanya dan mengaku salah pagi nanti..” gumamnya dalam hati. Lelah mencari, kedua suster itu pun kembali ke front office untuk memberitahukan dokter bahwa mereka tak ditemukan di lantai UG.
Setelah merasa sudah aman, andro keluar dari peti kayu yang berbau obat-obatan yang sangat menyengat itu. Tiba-tiba terdengar lagi senandung yang dinyanyikan ella, tapi kali ini diselingi suara tangisan lirih. Dan “Kyaaaaaaaaaaa............” terdengar teriakan sangat keras hingga membuat telinga andro sangat perih dan mengeluarkan darah.
Ia pun berlari sekencang-kencangnya, mencari sumber suara itu. Tiba di lorong kamar mayat, ia mendengar bisikan dari belakang yang memanggilnya. Kemudian ia berbalik badan dan melihat ella dengan kepala dan sekujur tubuhnya yang berdarah berlari kearahnya. Ia pun berlari ketakutan, dan ella terus mengejarnya. “Toloooong... suster... siapapun... tolong saya...” teriak andro yang terus berlari sambil meminta pertolongan, namun tak ada siapapun yang mendengarnya.
Kelelahan karena berlari, andro berhenti didepan pintu kamar mayat yang satu-satunya terbuka di lorong itu. Ia mengira ella tak mungkin menemukannya. Namun tiba-tiba ia sangat terkejut melihat ella berlari kencang kearahnya. Tak sempat menghindar, ella sudah sangat dekat dengannya dan langsung mendorongnya kedalam kamar mayat.
Tak disangka, diantara pintu ada seutas kabel yang menyandung kaki andro. Lantainya pun ditanami paku yang cukup panjang. Tak sempat melakukan apapun, andro terjatuh bebas ke lantai dan matanya tertusuk paku hingga tertembus ke kepalanya. Saat itu juga andro tewas.
Ella kembali bersenandung sambil mengangkat andro dan membawanya ke laci penyimpanan mayat. Setelah mengambil gunting di tempat alat otopsi, lalu ia memasukkan andro ke tas kantung mayat dan ia pun masuk kedalam tas itu, menutup risleting tas dan memeluk andro dengan erat. Lalu ia menikam jantungnya dengan gunting yang ia pegang. Darah terus mengalir, namun Ella tetap tersenyum dan melihat wajah andro untuk yang terakhir kalinya. Dan akhirnya ia pun tewas.
Ella anak yang malang, menjalani hidupnya dengan kesepian hingga akhir hidupnya. Ia membunuh kedua orang tuanya dan andro karena ia sangat sayang pada mereka. Tak seperti manusia pada umumnya yang berfikir bahwa ketika orang mati, akan meninggalkan kita selamanya, ella meyakini bahwa orang yang mati olehnya akan terus abadi bersamanya selamanya. Ia juga memutuskan untuk mengakhiri hidupnya agar bisa bersama orang yang ia sayang selamanya.
~Tanggal 01 januari 2014, pukul 06.00 pagi~
Seorang tukang bersih-bersih berlari menuju front office, memberitahukan apa yang ia lihat di kamar mayat. Dengan segera para dokter dan suster berlari kesana dengan perasaan panik. Sampai disana, mereka ditunjukkan ke lantai yang berdarah dan sebuah laci mayat yang terbuka. Betapa kagetnya mereka ketika membuka risleting tas kantung mayat dan melihat jasad ella yang memeluk jasad andro.
Suster herlina tak percaya dengan apa yang ia lihat. Sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya, ia tak tau harus berbuat apa, hanya bisa menangis. Kemudian kedua jenazah dipisah dan diurus sebagaimana mestinya.
~Pukul 14.00 siang~
Keluarga andro datang. Mereka berjalan dengan tergesa setelah mendengar kabar terbaru dari pihak rumah sakit. Ibu andro memarahi dan menyalahkan pak Priyadi selaku kepala rumah sakit. Pak Priyadi memohon maaf dan bersedia bertanggung jawab atas kejadian tersebut dan meminta kepada pihak keluarga agar bersabar dan tabah.
Dunia yang penuh cerita dan misteri. Banyak akan kejadian yang tak disangka dan diluar nalar, dan drama kehidupan yang mengharukan.
Semua hanya ada disini, di Dunia Andromeda...
~TAMAT~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar