DUA DUNIA ANDROMEDA
Part 1 :
~Pukul 05.30
pagi~
“Suster,
tolong berikan makanan dan obat-obatan ini kepada pasien nomor 771, biasanya
dia sudah bangun jam segini.” Ucap dokter yang sedang mengontrol persiapan obat
dan makanan untuk para pasien. “Baik, dok.” Jawab suster yang kemudian segera
melaksanakan perintah dokter tersebut.
Satu tahun
dilalui pihak RSJ dalam menghadapi pasien no. 771 cukup sulit, karena setiap
malam pasien tersebut berteriak, menangis keras dan meronta-ronta. Ya, pasien
no. 771 tersebut bernama Andromeda. Meskipun pada catatan dokter, kondisinya
terus membaik selama dirawat di rumah sakit itu, ia masih terlihat menderita
dan sedih.
Kamar andro
terletak di paling pojok lantai tiga, nomor ruangan I149.
Rumah sakit ini mempunyai 5 lantai
dengan dua lantai UG(Under ground/bawah tanah) dilengkapi ‘Lift’ di tiap
lantainya. Lantai UG pertama terdapat kamar mayat sementara, pasien yang
meninggal dunia ditempatkan disana sebelum diambil oleh keluarga pasien. Lantai
UG kedua digunakan sebagai tempat supply
obat-obatan, makanan, dan alat-alat yang diperlukan pihak rumah sakit.
Lantai satu digunakan sebagai Front
Office, Ruang medis (ruang dokter dan ruang perawat), ruang tamu, dan km/wc.
Lantai dua dan tiga dengan kode lantai I, terdapat ruang-ruang tidur pasien golongan
gaduh gelisah yang mendapat penanganan Intensive
care, km/wc pasien dan ruang makan. Pada lantai empat dan lima dengan kode
lantai T, terdapat ruang-ruang pasien golongan tenang yang mendapat penanganan intermediate care, juga km/wc pasien dan
ruang makan.
Rumah sakit ini pula mempunyai halaman
depan dan halaman belakang tempat bermain para pasien, namun dikelilingi pagar tembok yang cukup
tinggi dan dijaga sehingga mencegah pasien melarikan diri.
Seharian andro hanya termenung di
halaman belakang, tampak hanya menikmati suasana. Hingga jam makan malam pun
tiba, andro bangkit dari tempat duduk dan dituntun oleh perawat menuju ruang
makan.
~Pukul 21.00~
Malam itu, untuk pertama kalinya andro
terlihat sangat tenang diantara pasien lain yang gaduh. Herlina, seorang suster
yang dipanggil ‘ibu’ oleh andro, diminta untuk menemaninya ke halaman depan,
melihat langit kesukaannya. Kemudian ia dibujuk kembali kekamarnya untuk tidur.
Andro dan ‘ibu’ terlihat semakin akrab sehingga ia hanya menuruti kata-kata
suster tersebut. Kondisi andro secara drastis membaik dan ia tidak pernah
meronta lagi tiap malam.
Apakah andro akan kembali normal???
Part 2 :
Herlina(32tahun), seorang yang
berkepribadian lembut dan ramah, ia selalu tersenyum manis dalam menjalani
pekerjaannya sebagai perawat. Ia pun sangat sabar menghadapi pasien-pasien yang
jahil dan yang meronta-ronta, karena ia sangat paham kondisi pasien dan
sekarang sudah 10 tahun bekerja di RSJ ‘Lekas Sembuh’ ini.
Semenjak andro mempercayai dan mulai
memanggilnya ‘ibu’, ia merasa sangat
tersentuh dan ingin menjaga andro layaknya anak sendiri. Ia pun memohon kepada
kepala rumah sakit agar menjadikannya sebagai perawat khusus pasien bernama
andro. Awalnya permohonan itu ditolak, namun karena melihat keakraban mereka
yang sangat erat membuat kepala rumah
sakit menyetujui permohonan itu.
Memiliki anak, adalah impiannya
semenjak ia menikah. Namun kondisi sang suami tak memungkinkan ia mewujudkan
impian. Sang suami yang sakit-sakitan membuatnya membiayai kehidupan mereka.
Hingga saat suaminya meninggal dunia, ia bertahan dan memilih untuk tinggal
sendiri di rumah kecilnya.
~pukul 05.35 pagi~
“Andro, bangun nak, udah pagi nih.
Ayo, sekarang mandi dan sarapan, nanti ibu yang suapin.” Ucapnya dengan lembut
membangunkan andro. “iya ibu, tapi saya juga mau dimandikan sama ibu, nggak mau
sama yang lain, galak..” ujar andro manja. Ia hanya tersenyum dan kemudian
memandikan andro.
Setelah sarapan, andro dibiarkan
bermain di taman halaman belakang. Ia sangat suka melihat kupu-kupu,
meloncat-loncat dan tertawa bersama serangga yang mempunyai sayap indah itu, ia
terlihat sangat gembira.
Andro mulai menunjukkan perkembangan
baik tiap minggunya, ia pun dipindahkan ke ruangan pasien golongan tenang yang
terdapat di lantai 4, kamarnya di T150. Kendati demikian, andro masih sering
menangis sedih sendiri tanpa sebab.
Malam hari, tiba-tiba andro berteriak
ketakutan. Suasana sepi terpecah sesaat dengan kepanikan suster dan kegaduhan
pasien lain yang terganggu karena teriakannya. Ia melihat sesosok gadis
berambut ikal yang mengintip di kamarnya. Gadis itu berkata...
“Apakah kita boleh berteman???” Sebuah
kalimat singkat diucapkan gadis itu sebelum berlari entah kemana...
Part 3 :
Tak lama kemudian, para suster sudah
berada di kamar andro, tak terkecuali suster herlina. Mereka berusaha
menenangkan andro yang terus menangis ketakutan. “Nak, ini ibu.. lihat mata ibu
nak, kamu tidak usah takut..” herlina duduk di tempat tidur andro sambil
menenangkannya dengan segala cara yang ia bisa. Andro pun mulai tenang dan
tertidur lelap. Para suster terlihat lega dan kembali mengerjakan tugas mereka
masing-masing.
~pukul 01.00 dinihari~
Andro gelisah dan kepanasan sehingga
terbangun dari mimpinya. Ia pun berjalan keluar kamarnya menuju taman belakang,
kebetulan pintu akses kesana belum dikunci. Ia hanya termenung memikirkan sosok
gadis tadi yang mengintipnya. Tiba-tiba gadis itu berdiri didepannya dan
mengulurkan tangannya, ia agak terkejut.
“Namaku Ella, umurku 16 tahun. Nama
kamu siapa?” ucap anak gadis ikal itu sambil tersenyum lebar, terlihat giginya
banyak yang ompong. “Kata ‘ibu’, namaku andro, dan katanya aku berumur
22tahun.” Ia menjawab dengan rasa sedikit takut.
“Aku tinggal di kamar di samping
kamarmu sebelum kamu dipindahin. Aku ingin kita jadi teman, boleh kan???” gadis
itu menambahkan. “Mmmm, bo.. boleh...” ia pun mengulurkan tangannya dan
merekapun berkenalan.
“Ayo kita main petak umpet, kamu yang
jaga yah..” gadis itu memulai permainannya dengan andro yang sewaktu kecil
tidak pernah menang bermain permainan ini. “1...6...3...1...7...10...!!! aku
cari kamu sekarang..” seusai berhitung, ia lalu mencari ella disekitar taman,
namun tak juga ia menemukan tanda-tanda keberadaan ella.
“Andro!!! Ngapain kamu disini tengah
malam gini nak,, ayo kembali kekamar..” suster herlina yang sedari tadi
mencarinya meraih tangannya dan membawanya kembali kekamar. “Tapi bu... teman
andro... teman andro...” ucapnya merengek hingga sampai dikamarnya, ia pun
menuruti saja kata suster dan kembali tidur.
Esok pagi, setelah mandi dan makan ia
langsung menuju halaman belakang mencari temannya yang bermain dengannya malam
itu. “Ella,,,kamu dimana...ayo kita main lagi...” ucapnya dengan nada agak
keras sambil mencari kemana-mana. Ia lalu mendengar suara tangis dan teriakan
sangat keras yang berasal dari lantai tiga. Itu suara ella...
Ia pun bergegas kesana melihat apa
yang terjadi. Ketika ia sampai di kamar itu, ella berhenti menangis dan
kemudian tersenyum lebar kepadanya. “Hehehe... tadi malam aku tertidur di bak
sampah dan suster ini yang membawaku kesini..”
Andro hanya diam dan kemudian beranjak
pergi lagi menuju halaman belakang. Ketika keluar dari pintu kamar, gadis itu
berkata.. “Nanti kita main lagi yah.. kamu teman yang baik.. aku akan beritahu
kamu sebuah tempat rahasia.. he...”
Part 4 :
~Pukul 00.00 tengah malam~
Andro terbangun lagi dari tidur lelapnya.
Namun kali ini dibangunkan oleh ella. “Pssst... andro,, banguun... ayo kita
main ke tempat rahasia.. cepetan...” bisik ella dari balik pintu. Ia akhirnya
bangun dan mengikuti ella ke tempat ‘rahasia’.
Tempat itu sangat minim cahaya di
malam hari, sumber cahaya hanya berasal dari tiga ventilasi ruangan itu. Hawa
yang dingin sangat terasa menyengat karna terdapat banyak AC terpasang.
“Ini tempat rahasia kita.. ayo, kita
main petak umpet disini..” ajak ella dengan nada merajuk. “Ah, jangan main itu
lagi, aku tidak bisa... kita main yang lain aja..” katanya sambil menggigil
karna kedinginan.
“Hmmmmmm... iya deh, bagaimana kalau
kita main dansa pasangan.. nanti aku ajarin kamu caranya..” merekapun berdansa,
dan andro terkagum melihat ella yang sangat mahir menari. Ia ingin mengikuti
gerakan ella, tapi ia selalu terjatuh karna memang tidak tau caranya. Melihat
andro yang terus terjatuh, ella tak bisa berhenti tertawa. Mereka akhirnya
tertawa bersama, keakraban mereka semakin erat.
“Aku mulai suka padamu, kamu orang
yang lucu dan baik. Ayo kita kembali kekamar masing-masing, sebelum kita
ketahuan suster disini..” ujar ella sambil merangkul andro. Mereka berjalan
diam-diam menuju kamar mereka, takut ketahuan. Pukul 01.30 andro sudah tidur
terlelap lagi. Sementara di kamar ella, lampu kamar masih menyala dan ia hanya
duduk di pojokan kamar dengan posisi kedua kaki ditekuk keatas dan kepala
merunduk, ia terus tertawa lirih hingga tertidur.
Tiap tengah malam mereka bermain di
tempat rahasia, namun pada hari minggu malam itu, andro pergi sendirian ke
tempat itu karna kondisi ella sedang kritis. Penyakit schizophrenia yang
dideritanya kambuh lagi sehingga ia perlu perawatan dan pengawasan ketat. Andro
sekarang sudah bisa mengenali dan mengingat tempat, ia juga sudah lancar
membaca.
~pukul 22.00~
Andro baru menyadari kalau tempat
‘rahasia’ yang selama ini ia kunjungi berada di lantai UG paling bawah, setelah
ia berjalan mengikuti ingatannya melalui jalan yang ia lewati sebelumnya. Ia
kemudian masuk ke ruangan dingin tersebut, menyalakan lampu dan melihat-lihat
objek disekitaran ruangan.
Masih menyusuri ruangan, ia menemukan
banyak laci besi berukuran cukup besar dan berjumlah banyak tersusun disana. Ia
membuka satu persatu laci itu, dan ketika ia membuka laci ke-6, ia melihat tas
kantung berwarna kuning. Penasaran, dibukalah risleting kantung itu dan betapa
kagetnya ia ketika melihat jasad manusia yang sudah mati. Tanpa menutup laci
dan mematikan lampu, ia berlari dengan wajah panik. Dan ia pun tersandung di
tangga, kepalanya terbentur cukup keras dan ia pingsan. Tempat ‘rahasia’ andro
dan ella ternyata adalah kamar mayat...
Part 5 :
~Hari kamis, 29 Desember 2013, Pukul
09.30 pagi~
“Andro,,, nak, kamu baik-baik saja
kan? Ibu sangat mengkhawatirkanmu.. tadi malam ibu menemukanmu pingsan di
tangga lantai tiga, kepalamu berdarah.. ibu langsung membawamu keruang rawat ini. Kamu
ngerti ucapan ibu kan?” suster herlina terus mengajak andro berbicara, berharap
ia tak apa-apa.
“Ibu??? Kamu siapa? Kamu bukan ibuku.
Dimana aku??” tanya andro ketika mulai sadar dan berbicara.
Deggg... Suster herlina kaget
mendengar perkataan itu. Ia merasa sangat sedih dan menyadari kalau ia memang
bukan sosok ibu bagi andro. Ia hanya mencoba tersenyum sekuat tenaga, tak ingin
terlihat bersedih dihadapan andro.
“Kamu sedang berada di rumah sakit
jiwa, kami yang merawatmu disini. Dan sekarang kelihatannya kamu sudah sembuh..
maaf ya tadi suster salah ngomong..” jawab suster herlina yang berusaha menahan
rasa sedih.
“Sebelumnya aku mohon maaf, tidak ada
maksud untuk menyakiti perasaan ibu suster.. tadi malam aku bermimpi seorang
tua datang padaku dan seolah memberikan cahaya ke kepalaku. Dan ketika
terbangun, aku merasa ingatanku kembali normal. Namaku andromeda, nama ibuku
Shinta Nurwulan dan ayahku bernama Reza Fahrezy. Aku juga pernah mempunyai
sahabat yang bernama pluto dan terakhir kali aku ingat, aku adalah mahasiswa
jurusan antariksa di universitas Antah Berantah.”
Setelah mendengar penjelasan panjang
lebar dari andro, para dokter dan tak terkecuali suster herlina memahami
kondisi pasien sudah sembuh dan sudah bisa dikembalikan ke keluarganya. Pihak
rumah sakit langsung menghubungi keluarga pasien, memberikan kabar gembira dan
memberitahukan bahwa pasien sudah bisa dijemput pulang.
Beberapa jam kemudian, setelah
berkeliling melihat-lihat, andro menuju kamarnya kembali. Ia mengemasi
barang-barang yang dikirim orangtuanya sejak ia tinggal disini, dan sedikit
obat-obatan dari dokter untuk jaga-jaga. Sedang asik mengemas, ia melihat
seorang gadis yang menatapnya dari pintu kamar dan kemudian berlari entah
kemana. Ternyata gadis itu meninggalkan secarik kertas untuk andro. Ia lalu
mengambil kertas itu dan membaca tulisan... “Tengah malam nanti, temui aku di
tempat ‘rahasia’ kita.”
Dan pada malam tahun baru, Andro
menghilang...!!!
Part 6 :
~01 Januari 2014, pukul 01.01
dinihari~
“Syaa laa laaa... syalalaaa laa laa la
la la laaa......” suara merdu terdengar oleh andro di sepanjang jalan lantai
UG. Ia terus mencari-cari asal suara itu, sepertinya ia kenal. Ya, suara itu
tak lain adalah suara ella, yang terus bersenandung sambil menari dengan
indahnya di tempat yang sering ia kunjungi bersama andro.
Ella memang sangat berbakat dalam
menari. Wajar, karena kedua orangtuanya adalah pasangan penari profesional yang
terkenal hingga mancanegara. Ia suka bercanda gurau bersama mama dan papa nya,
ia pun suka berdansa bertiga dengan mereka. Namun, itu hal yang sangat langka
bagi ella, karena orangtuanya selalu sibuk di luar negeri untuk memenuhi
profesionalitas mereka. Ella sangat rindu dan sayang kepada mereka, tapi yang ada
ia selalu ditinggal sendiri di rumah bersama pembantu.
Sejak kecil ia sering menyendiri di
sudut kamarnya. Kalaupun bermain, ia hanya bermain sendiri di hutan tak jauh
dari belakang rumahnya. Ia sempat berfikir, bagaimana caranya agar ia bisa
selalu bersama mama dan papa nya yang ia sayang. Berhari-hari ia menghilang
dari rumah, sampai akhirnya sang pembantu menemukannya di tengah hutan,
tergeletak di tanah dengan banyak luka gores dan kepalanya berdarah.
Ella pun segera dibawa ke dokter untuk
diperiksa. Dan pembantu itu terkejut mendengar vonis dokter yang mengatakan
bahwa Ella mengalami schizophrenia tingkat parah, namun setelah diberi kabar,
kedua orangtuanya meminta ia agar dirawat dirumah saja.
Setelah 1 bulan dirawat dirumah, ella
sangat senang ketika melihat mama dan papa nya kembali dari Italia. Ia lalu
memeluk mereka dan tak mau melepaskan pelukannya, karna takut mereka akan pergi
lagi. Namun memang benar, mereka datang hanya ingin melihat keadaan anaknya itu
dan berencana berangkat ke Spanyol besok paginya.
Pagi itu... mama dan papa ella sengaja
bangun pagi-pagi sekali agar bisa membuatkan sarapan omelet cinta kesukaan
ella, dan kemudian mandi untuk bergegas berangkat. Setelah membuatkan sarapan,
mereka berendam bersama di bak mandi air panas yang cukup besar.
10 menit kemudian, mereka berteriak kesakitan
di dalam kamar mandi. Ella mengaliri setrum tegangan tinggi yang berasal dari
penghangat air melalui kabel yang tersembunyi didalam bak mandi. Mereka berdua
tewas mengenaskan di dalam bak mandi dan listrik rumah seketika padam. Ella
kemudian menaruh mereka ke tempat tidur, memakaikan baju dansa mama dan papa
nya, memakai pakaian favoritnya dan memeluk mereka hingga tertidur pulas. Sejak
kejadian tragis itu, ella segera ditempatkan di RSJ ‘Lekas Sembuh’, cukup jauh
dari rumahnya. Dan kedua orangtua yang sangat mencintainya, telah disemayamkan
berdampingan di belakang rumah mereka.
Di malam pergantian tahun, suasana
sangat ramai penuh dengan petasan dan kembang api berwarna warni di sepanjang
jalan kota bandung. Tak terkecuali di RSJ, para pasien tampak senang bermain
kembang api didampingi para dokter dan suster yang juga ikut bersenang-senang.
Namun suster herlina dan suster desi
tak ikut bersenang-senang. Mereka terus mencari andro dan ella yang menghilang
semenjak lima menit sebelum tengah malam. Mereka mencari kemana-mana, sama
sekali tak terfikirkan untuk mencari di kamar mayat.
Di tempat lain, andro sedang berjalan
di lantai UG menuju tempat yang dijanjikan. Suasana sangat gelap, lebih gelap
dari biasanya. Perasaan andro mulai tidak enak, merinding, rasanya tidak ingin
kesana. Namum ia tetap memberanikan diri karena penasaran.
Part 7 (Final part) :
“Andro........ Ella...... kalian
dimana........ keluarlah, jangan buat kami khawatir...” suster desi terus
memanggil, sementara suster herlina menangis karena terlalu khawatir dengan
‘anak sementara’ nya.
Andro bersembunyi didalam peti kayu,
tempat pembuangan sisa alat-alat medis. “Maafkan andro, suster... nanti aku
akan menjelaskan semuanya dan mengaku salah pagi nanti..” gumamnya dalam hati.
Lelah mencari, kedua suster itu pun kembali ke front office untuk
memberitahukan dokter bahwa mereka tak ditemukan di lantai UG.
Setelah merasa sudah aman, andro
keluar dari peti kayu yang berbau obat-obatan yang sangat menyengat itu.
Tiba-tiba terdengar lagi senandung yang dinyanyikan ella, tapi kali ini
diselingi suara tangisan lirih. Dan “Kyaaaaaaaaaaa............” terdengar
teriakan sangat keras hingga membuat telinga andro sangat perih dan
mengeluarkan darah.
Ia pun berlari sekencang-kencangnya,
mencari sumber suara itu. Tiba di lorong kamar mayat, ia mendengar bisikan dari
belakang yang memanggilnya. Kemudian ia berbalik badan dan melihat ella dengan
kepala dan sekujur tubuhnya yang berdarah berlari kearahnya. Ia pun berlari
ketakutan, dan ella terus mengejarnya. “Toloooong... suster... siapapun...
tolong saya...” teriak andro yang terus berlari sambil meminta pertolongan,
namun tak ada siapapun yang mendengarnya.
Kelelahan karena berlari, andro
berhenti didepan pintu kamar mayat yang satu-satunya terbuka di lorong itu. Ia
mengira ella tak mungkin menemukannya. Namun tiba-tiba ia sangat terkejut
melihat ella berlari kencang kearahnya. Tak sempat menghindar, ella sudah
sangat dekat dengannya dan langsung mendorongnya kedalam kamar mayat.
Tak disangka, diantara pintu ada
seutas kabel yang menyandung kaki andro. Lantainya pun ditanami paku yang cukup
panjang. Tak sempat melakukan apapun, andro terjatuh bebas ke lantai dan
matanya tertusuk paku hingga tertembus ke kepalanya. Saat itu juga andro tewas.
Ella kembali bersenandung sambil
mengangkat andro dan membawanya ke laci penyimpanan mayat. Setelah mengambil
gunting di tempat alat otopsi, lalu ia memasukkan andro ke tas kantung mayat
dan ia pun masuk kedalam tas itu, menutup risleting tas dan memeluk andro
dengan erat. Lalu ia menikam jantungnya dengan gunting yang ia pegang. Darah
terus mengalir, namun Ella tetap tersenyum dan melihat wajah andro untuk yang
terakhir kalinya. Dan akhirnya ia pun tewas.
Ella anak yang malang, menjalani
hidupnya dengan kesepian hingga akhir hidupnya. Ia membunuh kedua orang tuanya
dan andro karena ia sangat sayang pada mereka. Tak seperti manusia pada umumnya
yang berfikir bahwa ketika orang mati, akan meninggalkan kita selamanya, ella
meyakini bahwa orang yang mati olehnya akan terus abadi bersamanya selamanya.
Ia juga memutuskan untuk mengakhiri hidupnya agar bisa bersama orang yang ia
sayang selamanya.
~Tanggal 01 januari 2014, pukul 06.00
pagi~
Seorang tukang bersih-bersih berlari
menuju front office, memberitahukan apa yang ia lihat di kamar mayat. Dengan
segera para dokter dan suster berlari kesana dengan perasaan panik. Sampai
disana, mereka ditunjukkan ke lantai yang berdarah dan sebuah laci mayat yang
terbuka. Betapa kagetnya mereka ketika membuka risleting tas kantung mayat dan
melihat jasad ella yang memeluk jasad andro.
Suster herlina tak percaya dengan apa
yang ia lihat. Sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya, ia tak tau harus
berbuat apa, hanya bisa menangis. Kemudian kedua jenazah dipisah dan diurus
sebagaimana mestinya.
~Pukul 14.00 siang~
Keluarga andro datang. Mereka berjalan
dengan tergesa setelah mendengar kabar terbaru dari pihak rumah sakit. Ibu andro
memarahi dan menyalahkan pak Priyadi selaku kepala rumah sakit. Pak Priyadi
memohon maaf dan bersedia bertanggung jawab atas kejadian tersebut dan meminta
kepada pihak keluarga agar bersabar dan tabah.
Dunia yang penuh cerita dan misteri.
Banyak akan kejadian yang tak disangka dan diluar nalar, dan drama kehidupan
yang mengharukan.
Semua hanya ada disini, di Dunia
Andromeda...
~TAMAT~