DUNIA ANDROMEDA
Part 1 :
Andromeda,
sebuah nama yang diberikan pada bayi laki-laki bungsu yang tampan oleh ayahnya
karena kekaguman dan ketertarikannya pada antariksa dan seisinya. Mereka
tinggal di sebuah rumah sederhana tak jauh dari laut. Maklum, karena mereka bertempat
di wilayah timur Indonesia, Kota Sorong di papua.
Andro
mempunyai kepintaran diatas rata-rata anak seumurannya, namun semenjak kecil ia
sering melihat hal-hal buruk yang membuatnya tiba-tiba menangis keras. Orang
tua andro kecil sudah pernah membawanya ke dokter bahkan ustadz, namun andro
kecil tak kunjung sembuh. Kedua orang tua andro kecil hanya pasrah atas yang
terjadi pada anak bungsu dari dua bersaudara tersebut.
Keadaan
andro sekarang sudah lumayan membaik dengan sendirinya dan hanya sesekali
mengalami kelainan tersebut.
~Di sekolah~
Pengumuman
kelulusan SMA membuat seluruh siswa gembira bercampur bahagia, begitupun
Andromeda, seorang siswa pendiam namun selalu mendapat peringkat terbaik sampai
saat lulus di SMA “Palung Prestasi”, bersama sahabat baiknya bernama Pluto yang
lumayan nakal dan kebetulan lulus meski dengan nilai pas-pasan. Mereka berdua
mengendap-endap keluar sekolah dan kabur demi menghindari kejahilan siswa lain
yang saling menyiram oli bekas dan terigu.
“Habis ini
mau kuliah dimana masbro??” tanya pluto sambil merangkul sahabatnya itu. “Rencananya
sih mau lanjutin di Bandung, katanya disana ada Universitas yang cocok buat
saya.” Jawab Andromeda dengan sedikit rasa ragu.
Pluto tampak
tersenyum lebar sambil menepuk bahu andro. “ mantap masbro, gw juga kuliah di
Bandung, ngikut ortu yg kerja didaerah sana juga.. hahaha...”
“Sip lah
kalo gitu, entar lu kabar-kabarin aja mw kuliah di Univ mana, oke mas bro..”
tambahnya.
“okok,
tenang aja.. entar saya kabarin..” jawab andro sambil naik angkot yang berbeda
jalur dengan angkot yang dinaiki pluto.
Masih dalam
perjalanan, sambil mendengarkan lagu, andro melamun tentang kehidupan ketika
menjadi mahasiswa nanti. “hmmm, kayaknya bakalan sibuk banget, nggak seperti
sekarang yang masih bermain-main.” Pikirnya
sambil melihat kearah luar jendela.
Bersambung...
Part 2 :
Di hari
keberangkatan yang cukup mengharukan, andro dibekali nasehat-nasehat dari kedua
orangtuanya. Setelah merasa cukup memberikan nasehat, merekapun mengantar andro
sampai ke batas lewat pengantar calon penumpang. “Laki-laki nggak boleh
cengeng” ucap andro dalam hati ketika berjalan menuju pesawat bersama pluto.
Pesawat pun berangkat.
Tiba di
bandara internasional Soekarno-Hatta, andro dan pluto kagum melihat-lihat
bandara no.1 di Indonesia tersebut.
“Ah, capek
nih jalan-jalan terus, lapar lagi.. cari makan dulu yuk, entar bapak gw
jemput.” Pluto mengeluh sambil duduk di kursi ruang tunggu. Karena kasihan
melihat pluto sedari tadi mengeluh, andro akhirnya menyetujui saran mencari
makan itu.
Tak lama
setelah makan, bapaknya pluto datang menjemput dan langsung saja mereka menuju
kota bandung naik mobil pribadi yang dibawa bapaknya pluto. Tentu saja, andro
dan pluto tertidur sepanjang perjalanan hingga sampai di rumah yang berukuran
sedang dua lantai di area perkotaan di bandung.
“Nah, ini
rumah om. Jangan sungkan untuk main kesini nanti...” ujar bapaknya pluto sambil
menyalakan televisi. Suasana di rumah itu memang sepi karena keluarga pluto
memang belum pindah kesana, rencananya awal tahun baru mereka mulai menetap di
bandung.
Malam hari,
andro menelpon keluarganya memberi kabar kalau ia sampai dengan selamat di
bandung dan esoknya mulai medaftar di Universitas Antah Berantah yang mempunyai
jurusan Antariksa, impian andro ketika masih SMA, setelah itu langsung mecari
kos kosan karena jarak kampus dengan rumah pluto sangat jauh, lagian andro
merasa nggak enak numpang lama-lama disana.
Andro
memberanikan diri mencari kos kosan sendiri, karna menurutnya itu bagian dari
hidup mandiri. Dan ternyata, memang susah mencari kos kosan yang murah meriah
di area strategis dekat kampus. Kelelahan, andro pun duduk di kursi di
pangkalan ojek yang kelihatan lama tidak terpakai. Tiba-tiba ia melihat secarik
kertas yang dijadikan brosur, ia mengambil dan membaca tulisan : “Disewakan kos
kosan murah, air dan listrik lancar, langsung datang ke alamat jl.pinang II
no.xx kecamatan sirih.”
Andro pun
sangat lega karena merasa beruntung mendapatkan kos kosan murah disaat yang
tepat. Tak menunggu lama lagi, andro langsung mencari alamat tersebut karna
hari sudah mulai sore.
“Wah,
ternyata lingkungannya agak desa dan tenang.” Ujar andro sambil bejalan
memegang kertas itu. Lalu ia melihat papan iklan sederhana dengan isi tulisan
sama dengan brosur yang ia pegang.
“Assalamu’alaikum...
permisi... Bu... Pak... saya yang berminat ngontrak disini...” andro memanggil
pemilik rumah dengan nada agak keras sambil memencet bel yang bunyinya
terdengar seperti sudah kehabisan baterai.
“Walalaikum
salam... sebentar dek...” Terdengar suara perempuan berjalan agak tergesa dari
dalam rumah dan membukakan pintu.
Bersambung...
Part 3 :
“Maaf bu,
kalau saya mengganggu. Apakah benar disini kos kosan murah? Hehehe..” tanya
andro sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal itu. “Oh, iya dek
disini tempatnya, kamarnya ada di atas di lantai 2.” Jawab ibu itu yang sedari
tadi tersenyum melihat tingkah andro yang kekanak-kanakan.
“Harga per
bulan nya berapa bu? Saya sepertinya merasa cocok disini.” Andro menambahkan.
“Tunggu sebentar ya dek.” Ibu itu melangkah menuju seorang perempuan yang
kelihatan sangat tua yang duduk di kursi goyang, tampak mereka mendiskusikan
sesuatu. “Sepertinya ia ibunya ibu itu..” gumam andro dalam hati.
Tak begitu
lama menunggu, ibu itu berjalan menuju andro sambil tersenyum ramah. “Adek
boleh tinggal disini, tidak usah bayar.. yang penting adek jaga kebersihan dan
tidak berisik.” Entah apa yang didiskusikan mereka tadi, andro agak malu-malu
menjawab. “Bener bu? Oke, besok pagi saya bawa barang-barang saya kesini, saya
janji akan menjaga kebersihan dan tidak berisik disini..”
“Udah malam
bu, saya mau pamit dulu.” Tambah andro hendak kembali ke rumah pluto. “Iya dek,
makasih ya udah mau tinggal disini, adek kelihatan anak yang baik, jadi kami
percaya. Kalau begitu besok pagi ibu siapin kamarnya.” Andro pum pamit sekali
lagi lalu buru-buru pulang, karna hari semakin gelap.
“Gimana
masbro? Udah dapat kosan?” tanya pluto yang menyambut andro kembali. “Udah,
lokasinya nggak terlalu jauh dari kampus tempat gw mendaftar.”ucap andro sambil
menyiapkan barang-barangnya buat dibawa besok. “Oya, lu dapat di kampus mana?”
tambahnya. “Udah dong, kampusnya di daerah Dipatiukur, gw juga nge kost di
dekat situ.” Sudah agak larut malam, setelah belajar merekapun tidur. Andro
tidur di ruang tv, karna udah kebiasaan. Katanya enak, dingin-dingin sejuk
gitu...
Pagi hari,
andro mulai mengemasi barang-barang bawaannya dan kemudian pergi ke kosan
barunya itu. Suasana disana tenang dan bersih sehingga andro hanya merapikan
barang-barangnya di kamar barunya. Setelah itu andro ke rumah pluto lagi, ingin
belajar bersama sambil main game Pro Evolution Soccer kesukaan mereka.
Esoknya,
sehabis mandi mereka sarapan dengan menu yang dibelikan bapaknya pluto. Hari
itu adalah hari ujian saringan masuk universitas, hari yang ditunggu andro dan
pluto dengan antusias. “Udah jam 7.00 nih, berangkat yok..” Andro yang sudah
selesai makan memecah kesunyian. “Keeemooon... good luck ya sahabatku..” jawab
pluto, yang punya kepribadian ‘nyantai’ itu.
Part 4 :
~Beberapa
minggu kemudian...
Ujian
saringan masuk telah berlalu, andro dan pluto telah berhasil masuk di
universitas impian mereka masing-masing. Hari-hari kuliah kini dijalani oleh
kedua sahabat yang terpisah jarak itu.
Suatu hari
ketika andro pulang kuliah, untuk pertama kalinya ia disapa oleh warga komplek
tempat andro nge kos. Ia pun agak sungkan menjawab sapaan itu karna belum
terbiasa.
Malam itu,
andro sangat lelah dan ingin segera tidur karna jadwal kuliah hari itu sangat
padat. ‘’’Tok-tok-tok...’’’ terdengar pintu kamarnya diketuk seseorang diluar
yang ternyata ibu pemilik rumah yang memberikan nasi dan lauk untuk makan malam
andro. “Ini dek, makan dulu ya, biar kenyang dulu baru tidur..” ucap ibu itu
yang langsung menaruh makanan di meja belajar kamar andro. Memang kamar andro
dilengkapi kasur, lemari,dan meja belajar oleh pemilik rumah. “iya bu, makasih
dah repot-repot bawain makanan..” jawab andro yang lagi-lagi menggaruk
kepalanya.
Sehabis
makan, andro belajar sebentar dan kemudian mengunci pintu kamar dan tidur.
Tepat pukul 02.00 tengah malam, andro yang terlelap merasakan udara yang sangat
dingin. Ia pun membuka matanya dan betapa kagetnya ia ketika melihat pintu
kamarnya terbuka lebar, dan kemudian perlahan pintu itu menutup dengan
sendirinya. Andro tak bisa bergerak dan tak bisa berteriak, matanya terus
terbuka melotot kearah pintu itu menyaksikan kejadian yang sangat aneh.
Beberapa
detik setelah itu barulah andro bisa bergerak dan ia langsung mengecek pintu
kamarnya. Ia terpaku melihat pintunya masih terkunci dengan baik, keringat
dingin mulai menetes, andro hanya berdiri terdiam beberapa saat. Malam itu ia tidak
bisa tidur hingga pagi menjelang. Andro berangkat kuliah dengan perasaan agak
cemas, ia belum berani menceritakan kejadian itu kepada siapapun.
Jam mata
kuliah astronomi telah selesai hari itu. Sebelum pulang, andro dan teman-teman
sekelasnya menuju parkiran sebuah toko baju, mereka nongkrong sambil makan
disana. Andro yang kala itu melamun tiba tiba melihat sambaran api sangat besar
dan sangat panas. Ia lagi-lagi tersentak dan keringat dingin membasahi
wajahnya.
“Kamu kenapa
andro? Sakit?” tanya seorang cewek berparas manis teman sekelas andro. “Ah
nggak papa kok, saya sedikit kepanasan.hehehe...” andro gelagapan. Selepas
bersantai, merekapun bubar, kekosan masing-masing.
Sesampainya
andro di kosannya, seperti biasa ia menyapa ibu dan nenek pemilik kosan dan
naik tangga menuju kamarnya. ‘’’Tok-tok-tok...’’’ terdengar lagi ketukan pintu
kamar. Ibu kos memberi kue kering se toples ukuran sedang, untuk camilan biar
semangat belajar, katanya. Andro semakin betah karena pemilik kos yang sangat
baik padanya, ia mengurungkan niatnya menceritakan kejadian aneh malam itu
kepada ibu kos.
Tahun ajaran
baru dibuka, andro sudah semester 6 sekarang. Tugas-tugas kuliah semakin padat
dan andro semakin sibuk. Ia sampai lupa menghubungi keluarganya dirumah dan
sahabatnya pluto yang kabarnya entah bagaimana. Berbagai kejadian aneh terus
dialami andro di kosannya seperti kasur yang terasa keras seperti lantai,
sering terdengar percikan air dikamarnya, dan suasana sangat hening seperti tak
ada orang satupun disana.
“Sabar
andro, ini Cuma perasaan buruk, bukan apa-apa...” ucapnya dalam hati sambil
mengelus dadanya. Ia merasa semakin cemas, dan mulai terfikirkan untuk segera
menanyakan kejadian-kejadian tersebut kepada ibu kos.
Bersambung...
Part 5 :
Hari minggu
pagi yang cerah dan segar, tak terasa oleh andro yang terus merasa gelisah dan
penuh cemas. Semakin lama rasa itu semakin kuat, pensil yang dipegangnya kian
erat dan patah.
Andro sudah
tidak tahan lagi, ia turun menuju lantai satu dan menemui ibu kos dengan nafas
terengap-engap.
“Ada apa
dek? Kamu kelihatan pucat sekali..” tanya ibu kos keheranan. “A.. an.. anu bu,
saya mau mengobrol sama ibu, mau nanya tentang kejadian dikamar saya.” Jawabnya
terbata-bata. Ibu kos terdiam dan terlihat merasa bersalah saat itu. Kemudian
nenek keluar dari kamarnya menggunakan kursi roda dan berkata “Sini nak, kita
bicarakan bersama.”
Hari sudah
siang, namun suasana semakin hening di rumah itu. “Ma.. maaf bu, saya tidak
bermaksud lancang, saya hanya penasaran ingin tau apa yang terjadi selama ini.”
Andro memulai pembicaraan yang sudah sejak awal kejadian ditunggunya.
“Ibu tidak
tau harus mulai dari mana, tapi semua berawal dari 4 tahun lalu, tepat setahun
sbelum nak andro tinggal disini. Saat itu sore hari, ibu sedang duduk di kursi
teras, dan anak ibu sedang menyiapkan air hangat untuk memandikan ibu. Dan sore
itu cuaca sangat mendung, tak seperti biasanya langit sangat gelap. Ketika ibu
hendak masuk kedalam rumah, tiba-tiba petir menyambar sangat keras dan turun
hujan sangat lebat. Petir dan suara gelegar terus datang didesa ini saat itu,
dan...... keb... Haaaa... Huaaaa...” Belum selesai bercerita, nenek tiba-tiba
menangis keras. “Udah udah mah, jangan nangis lagi..” ibu kos mengelap air mata
nenek dan berusaha menenangkannya. “Maaf ya dek, nenek memang sering menangis
keras tiap kali ingat cerita itu.”
“Nggak papa
bu, saya yang harus minta maaf, karna saya, nenek jadi ingat lagi kejadian itu..”
ia langsung menuju kamarnya lagi, merasa bersalah namun rasa cemas dan
penasaran terus menghantuinya.
“Kali ini
saya harus menyelesaikan misteri ini !!!”
Bersambung...
Stay tuned
for part 6 ^_^
Part 6 :
Malam itu ia
langsung memeriksa tiap sisi dan sudut kamarnya secara detail. “Ah, ketemu juga
satu petunjuk!!” ujarnya yang mulai bersemangat ketika menemukan tulisan pulpen
di pintu ‘’’13-Mei-2008’’’. “Apa??? Ini kan tanggal 12 Mei 2012!!!” Ia mulai
semakin takut namun tidak mau meninggalkan kamarnya sampai semua misteri
terpecahkan.
Jam demi jam
berlalu, andro menemukan lagi keganjilan dikamarnya. Disudut kamar terdapat
pipa air yang berkarat dan bocor.
Kecurigaannya semakin menjadi-jadi, ia pun merobek karpet yang menempel
dilantai kamarnya, ia terduduk lemas dan keringat dingin membasahi seluruh
tubuhnya karena melihat lantai kayu yang terlihat sudah lama terbakar.
~ Tepat
pukul 00.00
“Astaga!!!
Tempat apa ini sebenarnya!!!
Ia mendengar
suara petir menyambar dan hujan turun sangat lebat. “AAAAAAAAAAAAAaaaaarrrgghhhhhhhh.............”
ia berteriak sekeres-kerasnya. Ketakutan menyelimuti dirinya di malam itu.
Pagi hari
terlihat sangat suram dan gelap baginya, ia hanya duduk dengan wajah pucat di
dalam kamar yang dikuncinya. Berhari-hari, bahkan sudah satu bulan ia tak
keluar kamar.
Hingga akhir
semester 6, andro tak pernah lagi kekampus. Uang bulanan yang dikirim
keluarganya pun tak pernah diambil lagi. Keluarga dan teman-teman kuliah andro
sangat menghawatirkannya, namun telepon maupun sms tak pernah direspon olehnya.
Liburan
semester menjelang. Sang sahabat baik, pluto sangat rindu padanya dan ingin
berkunjung ke kosannya. Pluto pun memutuskan untuk menghubungi andro.
Bersambung...
Part 7
(Final) :
“Tuuut...
Tuuut... Tuuut... Tuuulaaliiit... Tuuulaaliiit...” sudah dua kali pluto
menelpon tapi belum juga diangkat andro. “Tumben, biasanya langsung diangkat..
coba lagi deh, siapa tw kali ini berhasil..” gumamnya.
“(Tuuut...
Tuuut...) Ha, haloo..?”
“Hey masbro,
apa kabar? Kangen nih dah lama tak jumpa..”
Andro :
“Kamu siapa???”
Pluto :
(mendengar suara gemetar) ”Ini pluto, masa lupa sih dengan sahabatmu ini?
Lu kenapa?? Suaramu kayak orang
menggigil..”
Andro :
“Pluto?? Siapa???” “AAAAAAAAAAAAaaaaaaaaaaaarrrghhhhhhhhhhh!!!!!!!!!!!!!”
(tuut tuut
tuut tuut tuut........) Telepon tertutup.
“Waduh
gimana nih, sahabatku dalam bahaya!! Aduuuh mana gw nggak tau alamat kosannya
lagi.. sialan!!!!” ujar pluto kesal.
Sementara
itu, keadaan andro semakin parah dikamarnya. Ia terus menangis dengan muka
pucat sambil duduk dan menjambak rambutnya. Tiba-tiba ia melihat sekitar
kamarnya kosong melompong tak ada satupun yang ada disitu. Suasana berubah
menjadi rumah tua yang telah lama terbakar, tak ada atap dan pintu.
Ia pun
berlari kelantai satu mencari ibu kos dan nenek, tapi tak ada siapapun disana,
hanya puing-puing berserakan bekas kebakaran.
“Haaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!!!”
ia berlari keluar rumah tua itu mencari pertolongan. Namun disekitarnya pula
hanya bekas rumah yang hampir rata
dengan tanah. Ia lalu seolah melihat kejadian yang pernah diceritakan oleh
nenek itu. Sebuah bencana petir yang melanda satu desa hingga hangus terbakar
dan menewaskan ratusan warga disana. Ia menangis, memegang erat kepalanya
sambil berjalan tertatih.
“Lalu,
dengan siapa aku berbicara selama ini? Siapa yang aku sapa selama ini? Apa yang
aku lakukan disini??? Aku ini siapa???” pertanyaan itu terus terlintas
sepanjang perjalanannya. Ia menangis dan tertawa disaat yang bersamaan, dan
kemudian jatuh pingsan.
Andro
terbangun, melihat suasana berbeda. Banyak orang memakai baju seragam
didampingi dokter. Kemudian ia melihat sekumpulan orang dihadapannya.
“Aku yang
mengantarmu kesini. Aku pluto, sahabatmu... sahabat baikmu...” pluto menangis,
sedih melihat andro menjadi seperti itu. Ia pun keluar ruang pasien karena tak
bisa menahan tangis.
“Nak, aku
ayahmu, ini ibumu dan kakakmu” ucap ayah andro sambil menunjuk kedua orang disampingnya. “kalau ibu
tau hal ini akan terjadi padamu nak, ibu pasti akan menahanmu di bandara waktu
itu, kita pulang dan hidup bersama...”
“Ib.. bu...
Ibu... Ibu...” ucapan itu terdengar pelan dari mulut andro tanpa ekspresi.
Tangisan ibu langsung terpecah memenuhi ruang pasien. Ayah dan kakaknya pun tak
sanggup lagi menahan tangis mereka. “Androo...!!!” ucap ibu sambil memeluk dan
mencium anaknya itu.
Atas
keputusan pihak rumah sakit jiwa, andro disarankan menetap di rumah sakit agar
mencegah reaksi berbahaya dari sang pasien. Ayah dan ibu hanya bisa pasrah dan
menyetujui keputusan itu dan merekapun pulang meninggalkan andro.
~~~TAMAT~~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar